Minggu, 20 Januari 2013

Budaya Khas Wonogiri



Salah satu budaya yang khas dari Wonogiri adalah hajatan kirab budaya dan jamasan pusaka di obyek wisata Sendang Asri Waduk Gajah Mungkur (WGM). Prosesi kirab diawali dengan kemunculan 3 ekor gajah yang berjalan di barisan paling depan mendahului iring-iringan pembawa pusaka. Di belakangnya ratusan prajurit dan wanita berjalan kaki membawa pusaka peninggalan Mangkunegaran.

Satu gajah jantan bertubuh paling besar bernama Kyai Sitanggang berjalan di sisi ujung kanan iring-iringan pusaka. Di sampingnya ada gajah betina yang merupakan pasangan Sitanggang, bernama Nyai Handayani. Sedangkan di antara keduanya nyempil gajah yang belum dewasa bernama Denok, yang merupakan anak Sitanggang dan Handayani. Gajah-gajah yang juga menjadi satwa primadona di WGM itu bergerak mulai Gedung peluncuran jetsky menuju lokasi jamasan.

Sebanyak 7 buah pusaka milik Pemkab Wonogiri, dimana 6 di antara pusaka tersebut merupakan peninggalan Keraton Mangkunegaran Surakarta ikut serta dalam jamasan. Pusaka yang dijamas terdiri dari tombak Kiai Totog dan Kiai Jagur (Baladewa) dan keris Kiai Korowelang yang diambil dari tugu penyimpanan di Kecamatan Selogiri.

Kemudian tombak Kiai Limpung dan keris Semar Tinandu yang diambil dari rumah tiban Kecamatan Girimarto. Tombak Kiai Alap-alap dan keris Kiai Bancak dari Kaliwerak serta gong pusaka milik Pemkab yakni Kiai Mendung Ekodayawilaga juga ikut serta dalam jamasan.
Raden Mas Tumenggung (RMT) Lilik Priarso Tirtodiningrat selaku utusan resmi dari Pura Mangkunegaran bertindak sebagai penerima pusaka yang akan dijamas. Selanjutnya pusaka-pusaka andalan Pangeran Sambernyawa tersebut dibawa ke rumah jamas dalam prosesi kirab pusaka dipimpin oleh Kanjeng Raden Arya Tumenggung (KRAT) Sihono Wibakso Nagoro.

Sejumlah pusaka dijamas oleh tim dari Reksowarasto Mangkunegaran Surakarta, yakni Mas Ngabehi (MNg) Riyadi Dwi Putranto, Mas Demang (MDm) Suparman, dan MNg Sri Hartono. Butuh waktu sekitar 1 jam untuk menjamas ketujuh pusaka.

Bersamaan dengan event budaya tersebut, juga digelar ritual ruwatan massal dengan pentas wayang lakon Murwakala yang dibawakan dalang Ki Sutino Hardoko Carito dari Kecamatan Eromoko. Belasan orang yang dianggap memiliki sukerto (aura negatif) diruwat atau dibersihkan auranya. Prosesi Ruwatan diawali dengan penyerahan tokoh wayang Bathara Kala dari Sekda Wonogiri Drs. Budisena, MM ke Ki Dalang pengruwat. Selanjutnya Ki Dalang mementaskan pagelaran wayang. 

Ki Dalang Sutino menceritakan ada beragam jenis sukerto. Diantaranya anak yang terlahir dengan telah membawa aura jelek, terkena hal negatif, maupun melakukan sesuatu kesialan. Anak beraura jelek dicontohkannya, ontang-anting (anak tunggal), uger-uger lawang (2 anak laki-laki), kembang sepasang (2 anak perempuan), atau kedhana-kedhini (2 anak laki-laki dan perempuan), dan masih banyak lagi. Sedangkan terkena hal negatif seperti genting rumah terkena kotoran burung gagak, atau genting kejatuhan buah pepaya.

“Ritual jamasan puasaka merupakan event wisata budaya khas milik Kabupaten Wonogiri, maka akan terus kami lestarikan. Utamanya selain untuk mendorong PAD dari sektor wisata, juga untuk melestarikan budaya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar